Kuliah pagi hari ini.
Dan persis sama seperti empat bulan yang lalu ketika aku resmi menjadi
mahasiswa masuk kuliah perdana, selalu aku menjadi mahasiswa yang datang paling
awal di kelas. Bahkan sebelum dosenku tiba. Dan hari ini pun tidak berbeda.
Satu – satu nya prestasi pribadiku yang tidak bisa dilampaui oleh teman
sekelasku adalah kerajinan ku. Aku masih pemegang rekor penghuni kelas pertama
sebagai The earlist bird of the class, dan rekor ku semakin mengkilap sempurna dengan
kehadiranku yang tanpa cela - tak sekalipun kelas kulewatkan, aku tak pernah
bolos sejak mata kuliah pertama bergulir empat bulan lalu. Senang bisa menjadi
Indonesia rantau yang bisa juara di eropa, ya minimal juara rajin dibanding
kawan eropa dan afrika di kelasku. Diantara persaingan yang sangat
kompetitif, gelar ini yang bisa kubanggakan. Tak banyak gelar yang bisa ku
curi. Sejak semester pertama, segala cara sudah ku maksimalkan, sudah
berkali-kali kulipat gandakan belajarku jauh melampaui yang pernah kuusahakan, (dan memang luar biasa banyak sekali progress ku
dalam akademis, mulai dari jumlah buku yang kubaca dalam seminggu sampai jumlah
tulisanku yang sangat pesat berkembang) tapi dari tiga mata kuliah yang sudah
kami lewati, belum sekalipun aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas.
Gemas!!beberapa kali aku hanya menjadi runner – up dengan selisih 1 poin dengan pemuncak
tahta, dia adalah si genius kelas kami. Ras murni didikan aseli Jamaika, negara maju di belahan karibia, dia sangat
kritis dan memang selain dia unggul bahasa, karena Inggris adalah bahasa
pertama mereka,dia juga teramat kritis dan cerdas dalam menelaah isu dalam
setiap ranah diskusi kelas kami, jadi baginya bukan kendala berarti mengadu
ilmu dan berjibaku menyelesaikan segala tugas essay dan beragam puluh an macam
literatur berbahasa Inggris yang wajib kami kuasai pada setiap course. Aku cukup bangga hari ini, bukan karena aku masih pemegang rekor juara rajin,
tetapi setidaknya aku bisa unggul di paruh setengah study ku, nilaiku memuaskan!! walupun aku belum
pemegang nilai tertinggi tapi aku bisa mengungguli kawanku yang berasal dari
eropa kali ini. Nilaiku lebih bagus kali ini. Puas, karena ini kudapat dari mata kuliah yang paling
asing dan maha sulit (menurutku), akhirnya bisa kutaklukkan- dia adalah statistik. Dan aku
runner-up kali ini, bukan yang pertama kali aku menjadi runner up,tapi kali ini
dengan course yang menurutku paling menakutkan karena tidak hanya butuh
penalaran ataupun membaca literatur, tapi juga butuh latihan dan sensitivitas
dalam memilih ragam test statistik (yang tdak pernah aku pelajari secara khusus
sejak aku kuliah S1 dahulu). Dan aku tidak terlalu buruk. Aku bangga hari ini,
walaupun si nomor satu masih milik teman geniusku. Ya begitulah,senang hatiku menyongsong kuliah pagi. Beberapa waktu, kelas
dimulai, sudah lengkap kawan kelasku, Dan sangat menarik! Aku sudah sangat tertarik bahkan sebelum kelas
dimulai. Beliau – dosen favoritku, selalu saja ada yang menarik ketika beliau
mengajar. Kali ini ketika kami masuk kelas, dia langsung meletakkan banyak batu
diatas meja, beragam bentuk dan ukurannya. Ada yang berwarna merah bata,
seperti pecahan genting, ada batu kecil-kecil yang menurutku adalah batu kali.
Ada juga 2 buah penghapus dan satu buah paper clip, lalu masih banyak batu
berkilau lainnya. Aku bertanya apa yang akan kita lakukan? Apakah ini batu mu
Dr? Beliau, dosenku, hanya tersenyum, “iya itu batu yang kuambil dari halaman
rumahku” dan kami pun bertambah penasaran. Kelas tidak dimulai dengan pembukaan
formal, tetapi langsung kami ditugaskan untuk mengelompokkan batu yang ada
dimeja didepan kami. Bebas hanya diiringi senyum. Ini lah kenapa aku selalu
suka mata kuliah beliau, atau secara umum mata kuliah jauh dari angka dan
statistik yang membuatku gentar. Kami belajar tentang focus group kali ini. Salah satu mahzab design atau metodologi
penelitian kualitatf- penelitian yang tidak percaya angka - yang mengumpulkan
data dengan mengumpulkan manusia dalam group. Selalu konsep materi dibawakan dengan
gaya experiential learning- (begitu sang dosen ku mengistilahkan gaya mengajarnya) gaya
mengajar yang sangat tepat untuk adult learner, dimana semua materi dibawakan dengan melibatkan aktivitas
five sense. Bukan berlimpah-limpah dengan paparan teori, tetapi penjelasan dengan doing. Ada gambar, batu, melihat video, berdebat, berdiskusi, wawancara dan banyak
lagi. It has been always engaging!!Tak satupun dari kami dikelas yang tidak
tergila-gila dan menikmati gaya mengajar yang dipakai oleh beliau. Jadilah
beliau menjadi dosen yang paling dirindu ketika kelas berakhir. Selalu sukses
membuat kami faham sekaligus penasaran pada setiap bidang ilmu yang dikaji.
Jadi bisa ditebak 3 jam perkuliahan akan selalu terasa terlampau cepat. Pun
hari ini, sudah hampir tiga jam berlalu dan aneh,,ketika beliau mengakhiri kami
masih enggan beranjak meninggalkan kelas. Hari ini banyak ilmu yang kudapat ,
dan dari sekian hal yang terngiang-ngiang ditelingaku, ada sebuah frasa yang
sangat menggodaku- sungguh konsep yang sangat menarik. Sebuah konsep yang benar kualami dalam proses belajarku. Dalam salah satu
metodologi pengumpulan data focus group design, ada yang disebut Piggybacking = cara yang dilakukan oleh peneliti agar partisipan yang diajak wawancara dalam group merasa
nyaman dan mau dengan sukarela berpartisipasi dalam diskusi kelompok yang
dilakukan oleh peneliti agar partisipan bisa jujur memberi informasi sesuai data yang ditanyakan peneliti, misalnya mengajak minum kopi makanan ringan atau
memberi imbalan uang sebagai tanda terima kasih sudah berpartisipasi dan juga
pengganti biaya transportasi bagi para partisipan yang terlibat atau hal-hal lain yang membuat partisipan nyaman sebelum ikut dalam focus group. Seperti menyuap
menurutku. Menarik, karena konsep ini lahir dari sebuah teori yang menyatakan
bahwa, semakin nyaman partisipan yang terlibat dalam diskusi kelompok, semakin
data yang didapatkan dekat dengan truth. Artinya,
semakin alami (dalam hal ini, semakin tidak ada paksaan maka semakin
"jujur" dan leluasa partisipan dalam meberikan informasi). Nah, ini bagian yang ku suka, setelah kurenungkan, proses ini ada pada belajarku.
Seperti prosesku
menuntut ilmu ku semester ke dua ini, selalu saja, semakin jujur aku meng -evaluasi
progress belajarku, maka semakin jujur aku melihat kelemahan ku dibanding dengan
kawan kelasku, semakin nyaman aku dengan perbaikan kekurangan dan membuat kemajuan dari
kelemahanku, semakin aku lebih dekat dengan truth
esensi
utama dari proses menelaah ilmu yang kupelajari. Semakin aku tahu, semakin aku merasa tidak tahu, begitu aku menyimpulkannya - yang secara hebat - adalah esensi dari belajar. Sekarang aku paham. Jadi piggybacking
ku sudah dan sedang dan akan selalu ada pada gaya belajarku.
This is my piggybacking.
No comments:
Post a Comment