Powered By Blogger

Thursday 14 February 2013

Piggybacking




Kuliah pagi hari ini. Dan persis sama seperti empat bulan yang lalu ketika aku resmi menjadi mahasiswa masuk kuliah perdana, selalu aku menjadi mahasiswa yang datang paling awal di kelas. Bahkan sebelum dosenku tiba. Dan hari ini pun tidak berbeda. Satu – satu nya prestasi pribadiku yang tidak bisa dilampaui oleh teman sekelasku adalah kerajinan ku. Aku masih pemegang rekor penghuni kelas pertama sebagai The earlist bird of the class, dan rekor ku semakin mengkilap sempurna dengan kehadiranku yang tanpa cela - tak sekalipun kelas kulewatkan, aku tak pernah bolos sejak mata kuliah pertama bergulir empat bulan lalu. Senang bisa menjadi Indonesia rantau yang bisa juara di eropa, ya minimal juara rajin dibanding kawan eropa dan afrika di kelasku. Diantara persaingan yang sangat kompetitif, gelar ini yang bisa kubanggakan. Tak banyak gelar yang bisa ku curi. Sejak semester pertama, segala cara sudah ku maksimalkan, sudah berkali-kali kulipat gandakan belajarku jauh melampaui yang pernah kuusahakan, (dan memang luar biasa banyak sekali progress ku dalam akademis, mulai dari jumlah buku yang kubaca dalam seminggu sampai jumlah tulisanku yang sangat pesat berkembang) tapi dari tiga mata kuliah yang sudah kami lewati, belum sekalipun aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Gemas!!beberapa kali aku hanya menjadi runner – up dengan selisih 1 poin dengan pemuncak tahta, dia adalah si genius kelas kami. Ras murni didikan aseli Jamaika, negara maju di belahan karibia, dia sangat kritis dan memang selain dia unggul bahasa, karena Inggris adalah bahasa pertama mereka,dia juga teramat kritis dan cerdas dalam menelaah isu dalam setiap ranah diskusi kelas kami, jadi baginya bukan kendala berarti mengadu ilmu dan berjibaku menyelesaikan segala tugas essay dan beragam puluh an macam literatur berbahasa Inggris yang wajib kami kuasai pada setiap course. Aku cukup bangga hari ini, bukan karena aku masih pemegang rekor juara rajin, tetapi setidaknya aku bisa unggul di paruh setengah study ku, nilaiku memuaskan!! walupun aku belum pemegang nilai tertinggi tapi aku bisa mengungguli kawanku yang berasal dari eropa kali ini. Nilaiku lebih bagus kali ini. Puas, karena ini kudapat dari mata kuliah yang paling asing dan maha sulit (menurutku), akhirnya bisa kutaklukkan- dia adalah statistik. Dan aku runner-up kali ini, bukan yang pertama kali aku menjadi runner up,tapi kali ini dengan course yang menurutku paling menakutkan karena tidak hanya butuh penalaran ataupun membaca literatur, tapi juga butuh latihan dan sensitivitas dalam memilih ragam test statistik (yang tdak pernah aku pelajari secara khusus sejak aku kuliah S1 dahulu). Dan aku tidak terlalu buruk. Aku bangga hari ini, walaupun si nomor satu masih milik teman geniusku. Ya begitulah,senang hatiku menyongsong kuliah pagi. Beberapa waktu, kelas dimulai, sudah lengkap kawan kelasku,  Dan sangat menarik! Aku sudah sangat tertarik bahkan sebelum kelas dimulai. Beliau – dosen favoritku, selalu saja ada yang menarik ketika beliau mengajar. Kali ini ketika kami masuk kelas, dia langsung meletakkan banyak batu diatas meja, beragam bentuk dan ukurannya. Ada yang berwarna merah bata, seperti pecahan genting, ada batu kecil-kecil yang menurutku adalah batu kali. Ada juga 2 buah penghapus dan satu buah paper clip, lalu masih banyak batu berkilau lainnya. Aku bertanya apa yang akan kita lakukan? Apakah ini batu mu Dr? Beliau, dosenku, hanya tersenyum, “iya itu batu yang kuambil dari halaman rumahku” dan kami pun bertambah penasaran. Kelas tidak dimulai dengan pembukaan formal, tetapi langsung kami ditugaskan untuk mengelompokkan batu yang ada dimeja didepan kami. Bebas hanya diiringi senyum. Ini lah kenapa aku selalu suka mata kuliah beliau, atau secara umum mata kuliah jauh dari angka dan statistik yang membuatku gentar. Kami belajar tentang focus group kali ini. Salah satu mahzab design atau metodologi penelitian kualitatf- penelitian yang tidak percaya angka - yang mengumpulkan data dengan mengumpulkan manusia dalam group. Selalu konsep materi dibawakan dengan gaya experiential learning- (begitu sang dosen ku mengistilahkan gaya mengajarnya) gaya mengajar yang sangat tepat untuk adult learner, dimana semua materi dibawakan dengan melibatkan aktivitas five sense. Bukan berlimpah-limpah dengan paparan teori, tetapi penjelasan dengan doing. Ada gambar, batu, melihat video, berdebat, berdiskusi, wawancara dan banyak lagi. It has been always engaging!!Tak satupun dari kami dikelas yang tidak tergila-gila dan menikmati gaya mengajar yang dipakai oleh beliau. Jadilah beliau menjadi dosen yang paling dirindu ketika kelas berakhir. Selalu sukses membuat kami faham sekaligus penasaran pada setiap bidang ilmu yang dikaji. Jadi bisa ditebak 3 jam perkuliahan akan selalu terasa terlampau cepat. Pun hari ini, sudah hampir tiga jam berlalu dan aneh,,ketika beliau mengakhiri kami masih enggan beranjak meninggalkan kelas. Hari ini banyak ilmu yang kudapat , dan dari sekian hal yang terngiang-ngiang ditelingaku, ada sebuah frasa yang sangat menggodaku- sungguh konsep yang sangat menarik. Sebuah konsep yang benar kualami dalam proses belajarku. Dalam salah satu metodologi pengumpulan data focus group  design, ada yang disebut Piggybacking = cara yang dilakukan oleh peneliti agar partisipan yang diajak wawancara dalam group merasa nyaman dan mau dengan sukarela berpartisipasi dalam diskusi kelompok yang dilakukan oleh peneliti agar partisipan bisa jujur memberi informasi sesuai data yang ditanyakan peneliti, misalnya mengajak minum kopi makanan ringan atau memberi imbalan uang sebagai tanda terima kasih sudah berpartisipasi dan juga pengganti biaya transportasi bagi para partisipan yang terlibat atau hal-hal  lain yang membuat partisipan nyaman sebelum ikut dalam focus group. Seperti menyuap menurutku. Menarik, karena konsep ini lahir dari sebuah teori yang menyatakan bahwa, semakin nyaman partisipan yang terlibat dalam diskusi kelompok, semakin data yang didapatkan dekat dengan truth. Artinya, semakin alami (dalam hal ini, semakin tidak ada paksaan maka semakin "jujur" dan leluasa partisipan dalam meberikan informasi). Nah, ini bagian yang ku suka, setelah kurenungkan, proses ini ada pada belajarku.
Seperti prosesku menuntut ilmu ku semester ke dua ini, selalu saja, semakin jujur aku meng -evaluasi progress belajarku, maka semakin jujur aku melihat kelemahan ku dibanding dengan kawan kelasku, semakin nyaman aku dengan perbaikan kekurangan dan membuat  kemajuan dari kelemahanku, semakin aku lebih dekat dengan truth  esensi utama dari proses menelaah ilmu yang kupelajari. Semakin aku tahu, semakin aku merasa tidak tahu, begitu aku menyimpulkannya - yang secara hebat - adalah esensi dari belajar. Sekarang aku paham.  Jadi piggybacking ku sudah dan sedang dan akan selalu ada pada gaya belajarku.
This is my piggybacking.


No comments:

Post a Comment