Powered By Blogger

Monday, 9 January 2012



Hari ini berakhir menerawang - lumayan peyang berjibaku dengan emosi dan fluktuasi kesadaran diri - mulai dari mengencangnya urat marahku karena bersiteru  lebih tepatnya disangka dengan hardikan oleh sang biduanita (yang tidak jelita) langganan menyanyi pada setiap acara di kerajaan entah tempatku mengabdi. sebut saja dia NYAI. Perempuan setengah baya bernada tinggi seolah tak sadar sekekliling sedang berkumpul para resi-ilmu-dosen fakultas yang sedang review soal beradu ilmu menyambung ajian menentukan soal yang paling mumpuni untuk ujian akhir perguruan-padepokan  Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Tapi .  



Aku-Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku-Tidak Takut-Takut-Aku Tidak 



Aku Tidak Takut

 Aku tidak takut
Apalagi kalut
Sedikitpun nyaliku tidak ciut
Aku tidak takut


Aku tidak takut
Hanya urusan Jelata
Bukan sabda para kesatria
Aku tidak takut


Aku tidak takut
Jiwaku milik Sang Empunya Dunia
Bukan dewa apalagi biduanita yang tidak jelita
Aku tidak takut

Aku Tidak Takut













No comments:

Post a Comment