Hari ini berakhir menerawang - lumayan peyang berjibaku dengan emosi dan fluktuasi kesadaran diri - mulai dari mengencangnya urat marahku karena bersiteru lebih tepatnya disangka dengan hardikan oleh sang biduanita (yang tidak jelita) langganan menyanyi pada setiap acara di kerajaan entah tempatku mengabdi. sebut saja dia NYAI. Perempuan setengah baya bernada tinggi seolah tak sadar sekekliling sedang berkumpul para resi-ilmu-dosen fakultas yang sedang review soal beradu ilmu menyambung ajian menentukan soal yang paling mumpuni untuk ujian akhir perguruan-padepokan Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Tapi .
Aku-Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku Tidak Takut-Aku-Tidak Takut-Takut-Aku Tidak
Aku Tidak Takut
Aku tidak takut
Apalagi kalut
Sedikitpun nyaliku tidak ciut
Aku tidak takut
Aku tidak takut
Hanya urusan Jelata
Bukan sabda para kesatria
Aku tidak takut
Aku tidak takut
Jiwaku milik Sang Empunya Dunia
Bukan dewa apalagi biduanita yang tidak jelita
Aku tidak takut
Aku Tidak Takut
No comments:
Post a Comment