Beberapa menit yang lalu aku baru menginjakkan kaki di
kampus. Hari ini perjalananku menuju kampus tidak ditemani senopati
kesayanganku—si kuda besi “Sang Mustika
Jimbron Kelana”. Aku ngrambah
jumantara dengan kendaraan besar nan panjang yang lazim mengantar manusia
dalam jumlah besar. Berhimpit dan aku berdiri bersama para guru yang akan
mengajar, murid yang tergesa memburu waktu upacara, seorang setengah baya yang berwajah
iba ingin menjenguk saudara, juga seorang wanita bertubuh pendek dengan senyum
yang seperti diantara berfikir dan berzikir..Bibirnya yang bergincu merah tidak
serasi dengan seragamnya yang biru menyala ditambah atasan topi yang kulihat
seperti bukan topi..warnanya juga tak kalah terang menantang warna cerah bawahan
roknya,lalu ku tahu kemudian dia adalah salah seorang pejuang kehidupan yang lain
yang juga memburu kehidupanya pagi itu diatas kendaraan besar yang oleh kaum kota disebut Bis. Kulihat
ada tulisan semacam rajutan di tepi baju putihnya yang sudah coklat keputih-putihan
“Weaving Division”— wanita setengah baya itu adalah pekerja/ buruh pabrik yang juga berdiri mengisi penuhnya lambung bis dengan hiruk pikuk para penumpang. Sesak dan
berdesak,tak mau kalah seorang pengamen menerobos himpitan manusia dalam bis. Dia adalah pedagang yang jika kuamati sepintas dari raut wajahnya yang
selalu tersenyum atau dari jsorot matanya yang tak tampak sedih aku menduga dia bahagia dengan cara hidupny. Tidak semua senang dengan kehadiran laki - laki ini. Seorang ibu mengeluh "olah kang-kang wes kebag barang yo kok ngamen" begitu keluhan si ibu yang tidak suka dengan pengamen tadi. lah, si laki- laki itu cuma senyum - senyum saja, pada titik ini aku percaya dia tidak sedih, mungkin itu bukti
dia selalu percaya pada nasibnya hari ini pada kepingan kasih dari sang
penderma –penumpang yang diringi omelan penumpang yang lain!Tiba-tiba ada suara lantang menantang keluar dari mulut
pengamen itu. Hampir mengumpat aku dibuatnya!!Suara yang lebih pantas disebut
teriakan!Suaranya tidak enak didengar ditelinga. Semacam teh kucampur kopi, sama sekali tidak merdu ditelingaku!!Rambutnya diurai, aromanya tak sedap, bau. Sepertinya dia usai tercebur lumpur, karena rambutnya melambai kaku dan banyak tanah kering melekat,
mukanya seperti usai tersungkur,kusut dan gelap!
”Selamat pagi seluruh
penumpang yang saya hormati-para orang tua yang sudah dekat dengan mati, adek-adek mahasiswa yang sedang menjalani hukuman Strata 1.dan crew bus LG yang sportif
dalam pelayanan akurat dan tepat dalam mengantar dan selamat sampai tujuan!!—SEKILAS
KULIHAT gaya
bicara yang tersendat padat itu membuat hampir telinga yang mendengar
tercekat!kendali penuh milik sang pengamen mistis yang berwajah optimis! Kata-
kata narapidana segera mengambil alih inderaku—kepalaku berfikir lumayan
keras—mencerna rentetan bahasa yang tidak berima tapi kupikir sarat makna. Kok
ya ada narapidana yang teriak mengumumkan kenarapidanaanya di tengah kerumunan
manusia??wah kalu ada—berarti dia benar pembunuh atau jagal pati kelas wahid???entahlah—kurang lebih expresi yang
sama kulihat diwajah wanita setengah baya yang sedari tadi duduk disampingku(senyumnya
sekarang jelas bertransformasi,bibirnya sekarang agak maju dan jidatnya
terlipat ragu-pasti dia juga bingung dengan manusia yang mengaku narapidana
ini!!??)nah —pak guru yang berdiri sekitar dua jengkal didepanku (membenarkan
kacamatnya dan meraba kumisnya berulang tanpa sebab= kesimpulanku dia juga
bingung dan menerka apa selanjutnya yang terjadi??dan juga beberapa siswa
berseragam abu-abu yang kikuk berbisik!
aku adalah Narapidana
Jogja 1980 resmi—surakarta timur karanganyar
resmi—narapidana resmi”menyambut surat
resmi desdiknas resmi!hari valentine yang belum hari ini akan dirayakan,saya
akan mempersembahkan sebuah puisi yang resmi dari panitia Des Valentines de
Jogja!!
Saya narapidana dan
saya gila!saya tidak waras!
Saya Narapidana Resmi
Desdiknas!!
Saya adalah narapidana
KURIKULUM!!
Maka – harap yang tua dan sepuh tidah usah
menderma saya!karna tidak pantas
Maka – harap yang bayi dan dibawah umur jangan
menderma saya!karna belum pantas menderma orang gila!
Entah apa yang
dimaksudkan dalam rentetan kalimat yang berujung pada :NARAPIDANA KURIKULUM”
memang membingungkan. Aku menangkap sekelebat makna yang bersembunyi dibalik
ujaran si pengamen!
Kata Narapidana ”Narapidana” –menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
Kelaskata Nomiana-kata benda yang artinya
orang hukuman (orang yg sedang menjalani hukuman karna
tindak pidana); terhukum
jadi orang yang disebut
narapidana adalah orang yang bersalah dan terbukti menurut hukum dan
perundang-undangan dan terhukum baca: mendapat hukuman sehingga menerima
perlakuan dan keadaan yang terhukum.
Sehingga seorang
narapidana pastilah menerima konsekuensi logis dari statusnya. Pastilah dia
merasakan hukuman. Dan setahuku tidak ada hukuman yang berupa kesenangan bagi
narapidana di dunia manusia-ada hukum mati bagi narapidana Narkoba-ada hukum
rajam bagi para pezina dan ada juga hukum stop jajan bagi anak kecil yang nakal
tau hukum bayar sidang denda bagi yang melanggar marka jalan lalu- lintas. AKA
narapidana adalah orang yang dihukum dan dihukum adalahdiberi ketidaksenangan
juga sekaligus hak senangnya. Lalu
kenapa pengamen tadi mengaku narapidana???
Kurikulum = Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai
tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum
sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu
dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu
kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata
lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu
ijazah tertentu
Wow—ternyata si pengamen luar biasa!!Dia memang cerdas—sedng mengaku
danmengadu! Dia ,mengaku dan sadar adalah narapidana kurikulum—menerima takdir
hukuman hidup karena tidak pernah atau tidak sampai akhir mengenyam
kurikulum—strata1 yang disindirkan ataupun jenjang sekolah juga pendidikan yang
dia tidak pernah dapatkan—dia sadar dan mengadu menjadi pengamen yang mengakui
sekarang terhukum karena nya. Jadi tidak bekerja di kantor atau dikelas seperti
bapak guru yang berkacamata atau si wanita pendek pekerja pabrik atau si supir
yang seolah tak peduli ocehan si penegemis terhukum.
Pesan nya memang seolah hampa-tetapi aku baru saja mengerti ternyata
seorang pengemis pun juga bisa sadar dengan eksistensinya. Hak mengakui sebagai
terpidana yang sebenarnya adalah hak semua manusia! Akujuga baru tersadar bahwa
aku juag harus mmengaku aku narapidana kurikulum yang sedang menjalani hukuman
karena tidak dan belum S2 di kamupusku mengajar—sehingga aku harus menjalani
statusku sebagai naarapidana kurikulum (tanpa s2) hingga aku terbebas kelak
ketika kau sudah tidak S1 lagi L dan terbebas ketika aku
sudah S2 (baca: mantan narapidana kurikulum)
Sejenak renunganku berhenti lagi- lantang lagi suara narapidana ini???
Dia membaca baris kalimay yang dia beri judul “SomeHuwan”
Dan aku sudah tidak tertarik lagi dengan tutur nya yang beraroma logat jawa
level maximum..seperti menghirup udara pengap kendaraan besar itu—aku sudah
terbiasa sekarang!
Dan begini bunyinya...mengiringi bis melaju kepemberhentian berikutnya
Puisi pertama
Judul ”SomeHuwan”(dengan logat jawa tanpa
cela-murni tidak terkontaminasi”
Kenapa ada cinta kalau merasa tidak ada rasa?
Kenapa ada cinta kalau merasa tidak ada rasa?
”SomeHuwan!! (tetap dengan logat jawa
penuh determinasi tingkat tinggi)
Kenapa ada rasa kalau sudah tidak
merasa ada rasa?
SomeHuwan!!! (kali ini dengan akselerasi
tekanan jawa aseli yang semakin
menjadi-jadi)
No comments:
Post a Comment