Hustle bustle/september 12 sekitar jam 3 sore
Angin
kencang menderu,setelah berpuluh jam hanya duduk dan tidur dalam perut si
bururng besi, perutku masih saja mual tak satupun makanan yang sukses mendarat didalam
kerongonganku. Selalu tercekat ditolak hidungku dan bisa ditebak tak akan
lanjut ke saluran pencernaanku. Satu- satunya material yang lolos seleksi masuk
ke lambungku hanyalah orange juice- selalu yang kuminum dan minta setiap kali
para pramugari berbadan tegap dan sintal hilir mudik membagikan makanan dan
minuman. Sepertinya tubuhku- selera makanku menolak menerima takdir bahwa
jasadku sedang melakukan perjalanan jauh beribu kilometer. Penolakan yang
berbahaya, mengingat tubuhku butuh energi dan asupan nutrisi melawan perbedaan
waktu dan lelah nya rute perjalananku. Mungkin aku masih setengah bermimpi –
seperti tubuh dan sadar pikiranku tidak menyatu. Padahal aku sangat sadar
sedang menjalani perwujudan mimpiku sepanjang hayat. Aku sedang terbang ke
negeri eropa, negeri sejuta goda ilmu dunia dan gemerlap almameter pertisius. Atau
memang aku belum sanggup tersadar dari mimpi ini- efek disorientasi dengan
segala perasaan yang terlalu menumpuk bercampur dikepalaku. Kujemput semuanya
hari ini, terbang ribuan kilometer ke negeri es di ujung utara Inggris,
sekaligus kutinggalkan seorang wanita satu-satunya yang bisa memberi ku satu
kata indah “MENIKAH”. Seorang istri
sekaligus seorang ibu dari malaikat kecilku yang bernama Gylfie. Sulit
menggabarkan dalam angka urutan hal dan perkara yang ada dikepalaku sekarang.
Seperti paradoxical alam pikirku
sekarang– senang sekaligus sedih- menuju sekaligus meninggalkan – Kebingunganku
dan lamunan nku memetakan isi keplaku sejenak berhenti. Akhirnya seluruh penumpang hening di cock pit, mendengar suara
wanita yang keluar dari alat pengeras suara- ada pemberitauan cuaca bagus dan
pesawat siap landing beberapa waktu kedepan. Kulhat dijendela sebealah kananku,
walu kurang tampak benar,,karena waktu masih pagi,subuh mungkin,,gelap dan
dikejuhan tampak kerlip lampu berpendar. Suara wanita itu ada lagi, dan kali ini
memberi tahu untuk bersiap siap melakukan pendaratan. Aku masih datar saja,
walupun sudah menjelang detik-detik menginjakkan kaki di negeri impianku. Masih
bingung tepatnya linglung setengah mati. Heathrow internatioal airport- bandara
terbesar di britania raya. Pijakan kakiku pertama kali di Britania Raya. Ramai,
kulihat tiket penerbanganku tinggal 30 menit lagi berikutnya ke Aberdeen. Bergegas aku berlari menuju ruang tunggu
tranporter yang jurusan terminl 2, aku tiba di terminal 1 dan penerbangan
berikutnya da diterminal 2- perlu naik bis yang kusebut transporter untuk
berpindah. Sudah ada tersedia di bandara, dengan terhuyung huyung aku mulai
menarik luggage bag ku yang besar tapi tak sepenuhnya berisi. Ceritakan sampai di bandara Aberdeen nya? Huru-hara
kedatanganku yang berperang dengan birokrasi kampus dan jetlag akut disambut
rindu perih yang menyayat sangat di awal tibaku di negeri granite di ujung
utara inggris
No comments:
Post a Comment